Petualangan Riam Ampar Jawa #1 - Kronologis Menerobos Angin Hujan Yg Deras
Dokumen pribadi |
Setuju atau tidak, tiap orang memiliki pengalaman yg berbeda dalam berkunjung di suatu tempat, walaupun itu ditempat yg sama atau pernah dikunjungi orang lain sebelumnya.
Tulisan kali ini saya akan menceritakan pengalaman setelah menginjakkan di lokasi wisata air terjun ampar jawa, yg juga disebut Riam Empatuk, hanya saja saat itu kami baru mengenal dengan nama Ampar jawa dari hasil googling.
Air terjun ini juga yg menyebabkan kami bisa sampai ke perbatasan entikong, oleh sebab akses jalan yg kacau balau saat itu.
Kronologisnya ada dipertengahan tulisan
Pada mulanya saya dan kawan-kawan yg tergabung 7 orang pria kasat mata ingin melakukan trip untuk kesekian kalinya.
Dikarenakan bosan melanda saat di kota, maka kembali ke alam bebas adalah obatnya, bagi kami kala itu.
Bisa jadi tak berlaku bagi sebagian besar manusia di bumi.
Kalau tidak salah sekitar bulan september di tahun 2018 kami memutuskan untuk keluar dari Kota Pontianak yg katanya Kota Bersinar = Panas !
Berbekal informasi tambahan pasca kami mengunjungi Riam Banangar tempo lalu, kami mendapatkan kabar bahwa ada satu air terjun lagi di ujung hutan jalur trek motor bananggar.
Pemandangan Riam Bananggar Dokumen Pribadi |
Info ini kami dapatkan dari Ibu RT di Dusun Tauk, yg menceritakan bahwa di dusun perbuak yg terletak di ujung setelah dusun tauk terdapat Air Terjun yg lumayan indah.
Ibu RT menceritakan dengan emoticon penuh semangat, saya fikir 'wah kayak nya asik nih' wajib jadi target berikutnya.
FYI, saat ibu RT tersebut berkisah adalah tahun 2017, dimana setahun setelahnya pada 2018, saya dan kawan-kawan akan menuntaskan tawaran baik tersebut.
1 Tahun berikutnya……
Persiapan sudah matang, urusan izin libur kerja juga sudah rampung, yes minggu depan di hari jumat kami akan berangkat kembali menuju Kec Air Besar, Kab Landak.
Awalnya kami hanya berniat melakukan trip 6 orang saja, terhitung dengan saya, wawan, tedy, yanto, egi dan seto. Yes semuanya adalah pria, yg saya anggap sebagai kesempatan baik untuk lebih spartan di alam liar hahaha.
Selang 4 hari menuju hari H, ada notif email dari handphone jadul sony saya, tertera berasal dari blog travedisi.com dimana itu adalah blog saya yg lama.
Ternyata ada satu orang asing (bukan bule) yg ingin sekali bergabung dengan komunitas, padahal di bilang komunitas juga tidak, karena tidak memiliki AD/ART, ya hanya sebatas blog dan agenda trip bulanan, apakah layak disebut komunitas? hehe
Tapi saya menghargai sebutan itu, anggaplah sebagai komunitas kecil yg tak mengikat. By the way isi email barusan, kurang lebih seperti dibawah ini:
Hallo gan, saya pembaca blog agan di travedisi.com, boleh saya join komunitasnya?
Saya jawab
Hallo juga, terima kasih sudah mengapresiasi blog saya, btw kebetulan jumat ini saya dan kawan-kawan ada agenda trip, ke Riam, kalau bisa catat nomor wa saya.
Singkat cerita kami melanjutkan komunikasi melalui WA dan janjian ketemuan saat Rabu malam.
Beliau bernama Feddy yang merupakan seorang perantau dari Kota Madiun, saat itu beliau bekerja sebagai admin di salah satu Bank ternama di Kota Pontianak.
Lanjutlah kami bercerita, mengenai pengalaman selama melakukan trip petualangan, ternyata kediaman beliau di Madiun cukup dekat dengan Gunung Lawu, dan hingga saat itu Feddy belum ada pengalaman melakukan trip di Hutan Kalimantan.
Sayapun menjelaskan sedikit terkit rute dan testimoni sepengalaman petualangan saya di Hutan Kalimantan, karena menurut saya sebagian besar wisata hutan Kalimantan tergolong sama, dan kemungkinan besar terdapat Pacat.
Bisa jadi keadaan bisa lebih dari ini. Dokumentasi pribadi |
Kerennya, Feddy makin semangat mendengar cerita pengalaman yg saya ceritakan.
Wah kayaknya beliau terlalu lama berada di zona nyaman, hingga membutuhkan tantangan hidup di hutan hehe, gumam saya saat itu.
Pada kesempatan tersebut merupakan persiapan perdana feddy untuk join bersama kami menuju Riam Ampar Jawa.
Sama, kami dan kawan-kawan yg lain juga baru pertama kali akan ke Riam Empatuk alias Ampar Jawa.
Segala persiapan transportasi akomodasi dan logistik sudah saya komunikasi kepada Feddy, tinggal menunggu hari Jumat dini hari untuk segara berangkat menuju Kota Ngabang melalui Jalan Trans Kalimantan yg terkenal disebut Jalur Ambawang.
Subuh itu hujan rintik-rintik, beberapa anggota seperti egi, teddy, yanto dan wawan sudah standby menunggu di kontrakannya seto yg letaknya tak jauh, hanya 4 blok dari rumah saya, sekitar pukul 4 subuh di hari jumat kami melanjutkan perjalanan untuk menuju ke kostnya feddy yg terletak di Jalan Prof DR Hamka.
Saking sok tahunya, saya di depan yg memimpin berkendara malah memasuki ke dalam Gang yg keliru, alhasil kami berputar-putar beberapa kali, hingga saat si feddy menelpon saya agar kami Kembali ke jalan besar, ternyata kostnya di tepi jalan loh, yg dapat dikatakan lumayan menengah ke atas, namun bukan itu esensinya hehe.
Singkat cerita, kami langsung melaju mengejar ketertinggalan waktu, agar ketika sampai di Simpang Ampar Tayan masih dalam keadaan Matahari belum terbit, namun sayangnya hujan terus mengguyur dengan deras, hingga jarak pandang terbatas karena gelap dan riuhnya jatuhan air di depan.
Belum lagi melihat banyak genangan air di aspal jalan, membuat kami kesulitan membedakan mana yg mulus dan mana yg sudah berlobang.
Tiba-tiba, gebraaak !
Suara itu adalah hasil kecelakaan yg tidak memakan korban, hanya sedikit oleng dan lumayan mengkhawatirkan kondisi velg setelah melintas paksa di lubang yg begitu besar, saya adalah yg mengalami kecelakaan kecil tersebut.
Lalu Egi yg berada di belakang rombongan bersama Yanto menyalip motor-motor kami, lalu menghampiri saya yg saat itu masih dengan kondisi kaca helm tertutup pasca menabrak lubang.
Dengan suara lantang egi berusaha mengalahkan deru suara angin dan hujan, Egi pun meminta kami untuk singgah terlebih dahulu.
Karena sudah merasa tak nyaman berkendara dalam kondisi hujan berangin dan gelap, saya dan kawan-kawan yg lain langsung mengiyakan permintaan tersebut tanpa konfrontasi.
Nasib baik, tak jauh dari tempat kami ingin berhenti dan singgah, terdapat sebuah warung kopi dengan kondisi pintu warung masih terbuka setengah. Lokasi warung kopi ini tepat berada disebelah SPBU sekitaran Kampung Jawa Ambawang.
Karena sudah 1 Jam-an menyusuri perjalanan dari kondisi dari hujan rintik hingga hujan lebat, beberapa dari kami kedapatan basah kuyup yg terasa basah hingga ke-daleman celana haha.
Jaket yg saya gunakan, yg katanya waterproof juga beberapa spot telah tertembus air, maklum jaket outdoor murah Cuma 300an ribu hehe.
Kami pun memesan minuman hangat, dan ada satu orang anti mainstream saat itu, dia adalah wawan salah satu yg tergokil dari kami, kebanyakan kami memesan kehangatan, eh dia malah pesan Teh Es dong? Hahah
Dasar makhluk Es Kimo.
Bersambung.
Posting Komentar untuk "Petualangan Riam Ampar Jawa #1 - Kronologis Menerobos Angin Hujan Yg Deras"
Silahkan berkomentar jika terdapat pertanyaan, saran dan kritik.
Tentunya dengan bahasa yg sopan dan baik.
Karena setiap komentar yg masuk akan melalui moderasi terlebih dahulu.
Terima kasih